TUSOP; “KITA TIDAK BERDOSA KARENA TIDAK MAMPU MELAKUKAN SESUATU DI LUAR KEMAMPUAN KITA, TETAPI KITA BERDOSA KETIKA TIDAK MELAKUKAN APA YANG KITA BISA”

okgassnews| Jakarta ~~~ما لا يدرك كله لا يترك كله

“Yang tidak mampu dikerjakan semuanya, jangan ditinggalkan semuanya”

Begitulah ungkapan yang sering saya dengar dari Guru mulia, Tgk H. Muhammad Yusuf A Wahab (Tu Sop) atau biasa juga disapa Ayah di Jeunieb.

Saat saya bertanya tentang pandangan beliau terhadap asumsi yang menyatakan bahwa ulama tidak cocok terjun ke politik praktis, karena politik praktis itu kotor.

Ayah Sop memberikan ilustrasi: Bagaimana jika seandainya kita mengetahui kondisi rumah sedang kotor. Apakah kita urung untuk membersihkannya karena takut kotor. Tentu saja tidak. Kotornya baju memang menjadi konsekuensi yang harus diterima saat kita membersihkan rumah yang kotor. Jadi tidak tepat karena alasan menjaga nama baik, menjaga kehormatan, kita urung melakukan perbaikan yang mungkin kita lakukan.

Tu Sop juga menjelaskan bahwa kita tidak wajib melakukan sesuatu yang berada di luar batas kemampuan kita. Jangan karena membayangkan hal yang tidak mampu kita lakukan, lalu kita meninggalkan apa yang sebenarnya mampu kita lakukan.

Beliau juga menjelaskan tentang pentingnya memberikan edukasi kepada masyarakat dan juga kalangan pesantren khususnya untuk memahami apa itu perjuangan dan proses. Perbaikan tidak mungkin dilakukan seketika, butuh tahapan-tahapan yang harus kita jalani. Jika ini tidak dipahami dengan baik, maka orang yang hari ini paling depan mendukung kita maju di politik, setelah terpilih dan dilantik, orang itu pula yang paling awal mengutuk kita saat ia melihat apa yang dipersepsikan belum terwujud.

Ayah Jeunieb memberikan ilustrasi, apakah seorang petani yang hari ini menyemai bibit padi, lalu ia dituntut harus panen esok untuk dikatakan sukses? Tentu saja tidak. Akan tetapi akan dilihat bagaimana benih itu berproses, jika seandainya usia ideal panen membutuhkan waktu 4 bulan misalnya, ternyata dalam waktu tersebut perkembangannya jalan di tempat, maka baru dikatakan bahwa petani itu gagal.

Demikian juga dengan perjuangan perbaikan dalam ranah politik. Bukan berarti ketika Teungku atau ulama terjun ke dunia politik, lalu dengan seketika pranata sosial berubah menjadi baik, Islam tegak secara kaffah. Jika seperti ini cara masyarakat berasumsi tentang ulama yang berpolitik, maka nanti mereka yang mendukung ulama adalah mereka yang terdepan mengutuk ulama yang berpolitik.

Ini harus tersampaikan ke masyarakat. Kita berpolitik adalah ingin memperbaiki apa yang kita bisa, bukan membalikkan telapak tangan mengubah wajah dunia secara seketika.

Banyak sekali pemikiran-pemikiran Ayah Jeunieb yang patut dicatat dan disosialisasikan, untuk memperbaiki cara kita beragama. Saya memahami misi besar beliau adalah menyadarkan kita kaum Muslimin bahwa agama tidak terbatas aspek ritual saja, akan tetapi seluruh dimensi kehidupan yang kita jalani harus senantiasa diarahkan sesuai dengan ketentuan syariat, termasuk dalam persoalan politik.

Hari ini, 3 Rabiul Awwal 1446H atau 7 September 2024 pukul 09.35 WIB, Al-Mukarram Tgk. H. Muhammad Yusuf A Wahab telah berpulang ke rahmatullah. Beliau kembali kepada Allah dalam salah satu misinya untuk perbaikan politik, menjadi salah seorang Bakal Calon Wakil Gubernur Aceh.

Kita boleh saja memiliki kesamaan pandangan politik atau berbeda pilihan politik dengan beliau, tetapi kita semua sepakat, Tu Sop selalu menjaga narasi positifnya dalam berpolitik, dan beliau mengajarkan teladan yang sangat mahal bagaimana berpolitik sesuai etika Islam.

Selamat Jalan Guru Mulia!

Jasadnya akan pergi meninggalkan kita, namun pikiran dan spirit perjuangannya harus senantiasa kita hadirkan dalam setiap jejak langkah kita!

Semoga Allah tempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya! 🤲🤲🤲

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *