Bertubi tubinya kasus kepolisian yang muncul akhir akhir ini, bisa menimbulkan ekses negatif dari masyarakat

MediaOkgassnews.com Bandung – Secara kuantitas maupun kualitas diberbagai lini kepolisian banyak kesandung kasus kasus kurang sedap ( umumnya membela dan bersama sama perusahaan asing, serta menindas rakyat sendiri )

Ambil contoh, seperti kasus SAMBO, Minahasa, Andri kasat Narkoba yang tersandung kasus narkoba, sengketa lahan, juga kasus VINA dimana Bareskrim Polda Jabar yang salah tangkap dalam penetapan DPO ( Daftar, Pencarian Orang ), setelah melalui No Viral No Justice, dengan penuh liuk piuk isu miring berakhir pada proses persidangan Pra Peradilan di PN Klas I A Bandung yang dipimpin Hakim Eman Suherman SH, yang dibacakan tanggal 8 Juli 2024 dengan vonis Tidak sah menurut hukum dan Pegi Setiawan bebas!.

Jika kita telusuri lebih jauh, nampaknya doktrin Polisi ikut mewarnai jadi penyebab ini semua

Tidak Percaya ?

Perhatikan…

Aparat TNI POLRI yang terkenal paling sold dan valid dibanding instansi lainya, memiliki doktrin dasar SAPTA MARGA, SUMPAH PRAJURIT dan 8 TNI WAJIB untuk TNI, sedangkan Polisi memiliki TRI BRATA DAN CATUR PRASETYA untuk POLISI

Latar belakang kelahiran dan keberadaan antara TNI dan Polri juga berbeda

Polri lahir banyak mewarisi Ilmu dan pengalaman penjajah Belanda, sedangkan TNI lahir dari perjuangan rakyat dalam memperoleh kemerdekaan RI

Melalui rapat pleno, yang dipimpin oleh Kepala sekolah polisi dengan pangkat Letkol / AKBP, sekarang ( PTIK), lahirlah doktrin dasar polisi TRI BRATA untuk satuan dan Catur PRASETYA untuk Perorangan

Sedangkan TNI melalui rumusan sidang para jendral jendral senior, seperti Jendral AH Nasution dkk, melahirkan doktrin dasar SAPTA MARGA untuk Satuan serta SUMPAH PRAJURIT dan SAPTA MARGA untuk perorangan

Namun keduanya memiliki hal yang sama tidak implisit terpisah antara pengertian doktrin perorangan dan doktrin satuan, bahkan saling menutup dan saling melengkapi

Perbedaan yang menonjol, adalah

Esensi doktrin TRI BRATA, memedomani *Kebenaran, keadillan dan kemanusiaan* sedangkan SAPTA MARGA, esensinya memedomani *kejujuran, kebenaran dan keadilan*

Jadi perbedaanya pada kejujuran di TNI dan kemanusiaan di Polri

TNI berpendapat, *kejujuran* merupakan dasar atau landasan atau kunci dalam menetapkan hal yang benar dan adil sebenar benarnya, sebaliknya polisi tidak demikian

Disisi lain juga ada perbedaan antara doktrin perorangan Pollisi dengan TNI

Doktrin TNI, terukur, terjangkau, realistis untuk dilakukan secara individu atau perorangan, seperti, memegang teguh disiplin, menghormati orang lain, menjunjung tinggi kehormatan wanita, memberi contoh tauladan disekitarnya dan lain lain

Sedangkan polisi terlalu berat, impossible, karena seseorang bayangkara polisi harus mampu, mengamankan, melindungi, mensejahterakan masyarakat

Semoga ini menjadikan bahan masukan kepada kepolisian, meskipun sudah kerap saya sarankan namun belum ada tanggapan positip

Dampaknya :

Presisi ( Prediktif, Responsible, Transparansi yang bekeadilan ), meskipun hebat luar biasa maknanya, namun selalu menghasilkan seperti diatas

Dikhawatirkan, PRESISI diplesetkan menjadi, maaf *PREMAN SINERGI POLISI*

Ini bukan bentuk benci kepada Polisi, sebaliknya ikut membangun dan mempertebal kecintaan terhadap POLRI

( Bandung, 12 Juli 2024,. Kol purn Sugengwaras, mantan DIRDIKJAR SESKO TNI 2002 — 2004, sejak 2004 sampai sekarang DIRDIKJAR dijabat seorang berpangkat Bintang Satu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *